Kira-kira jam 8 seprapat setelah kekagetan agak mereda istriku, yang baru kemaren kita tahu lagi hamil, setelah aku bujuk akhirnya mau minta diambilkan makan. Ketika aku baru mengambil gudek yang udah dibeli bapak sebelum gempa tadi, tiba-tiba istriku berteriak dari luar rumah, aku langsung lari menyusul tanpa tau apa yang terjadi…aku takut ada apa2 dengan istriku. Sampai diluar ternyata telah banyak orang, semua bergegas, semua menenteng apa yang bisa dibawa terutama anaknya, aku sendiri langsung menggendong anakku yang sebelumnya digendong kakeknya. Istriku menariku serta memberitahu bahwa ada kabar air sungai telah meluap (Rumah mertuaku ada di Ledok Tukangan pinggir kali Code). Suasana benar2 hiruk-pikuk orang semua berteriak dan berjalan satu tujuan ke arah utara. Suara bel kendaraan bermotor, sirine, orang, semua campur aduk dan semua lantang memenuhi telinga. Teriakan seperti: “Piye, wong omah wis kandani rung! Ayo ndang cepet!”, “Ojo rono, mbalik-mbalik, munggah kono, munggah kono”, “Duh, Gusti!”, “Allah hu akbar”, “Anakku, ndi anakku”, “Wis mlayu sik wae” dan lain-lain, sementara suaraku sendiri bilang pada istriku supaya tenang dan mengambil motor saja karena sejauh mana sih kita bisa jalan? Istriku yang tengah panik tetap nggak perduli yang penting naik dulu setidaknya ke “Tukangan nDuwur” (yang tidak dipinggir sungai yang memang lebih tinggi 10meteran dari Ledok) bantahnya. Aku tidak membantah karena aku nggak punya bahan untuk membantah, aku tidak punya informasi apa2 tentang kemungkinan atau ketidakmungkinan kita kena tsunami, Apalagi kalau sering kudengar orang2 itu membantah dengan kata tidak mungkin dengan kata2 “ Lha nek nyatane ono” “Lha nek Gusti nganakke” dan sebagainya yang pada saat itu memang tak terbantahkan karena kekagetan dan kesadaran dadakan kita yang menyatakan Adanya kekuatan besar yang dekat dengan kita, yang bisa suatu saat mengancam kita, dan segalanya adalah mungkin seperti gempa tadi pagi. Lagipula aku tidak mau berdebat dengan istriku yang hamil muda…aku coba menenangkan tanpa mendebat. Akupun tidak mengeluh karena aku lari tanpa sendal!
Sesampainya di Tukangan nDuwur semua agak tenang. Aku bertemu dengan kakakku yang muter pake motor untuk tau apa yang terjadi dan dia bilang itu cuma isyu! Radio2 juga menyiarkan imbauan agar tidak panik karena itu cuma isyu, tetapi ternyata isyu tersebut beredar di seluruh kota!
Dan hari itu dan hari-hari berikutnya kita masih dijejali atau sengaja kita jejalkan ke otak kita semua isyu adanya gempa susulan yang lebih besar dari tadi pagi. Walaupun aku bilang berkali-kali ke istriku bahwa sepengetahuanku gempa itu tidak bisa diperkirakan jam sekian kekuatan sekian terjadi seperti kata isyu tersebut tetapi jelas aku tidak punya bahan untuk membantah kemungkinan itu benar terjadi.
Mungkin lucu ketika istriku menyiapkan semua perlengkapan anakku didepan pintu tetapi aku tidak berani menganggap itu lucu…
Total keluargaku aku larikan keluar 3kali tidak termasuk gempa utama, isyu tsunami, dan isyu gempa jam 10 malam dan 2 dinihari..
Maturnuwun Gusti dene kulo dipun paringi umur…..
Jumat, Juni 02, 2006
Heboh Tsunami ( Yogyakarta 27 Mei 2006 II )
Label: lain-lain
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 klik tuk kasih komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentarnya
kalo bingung pilih aja anonim